Sejarah Papuan Voices

Perkumpulan Papuan Voices resmi dilaunching pada 10 Desember 2011 ,  di Jakarta. Inisiasi berdirinya Papuan Voices saat adanya kerjasama yang melibatkan Wensilaus Fatubun (JPIC MSC) dan Rico Aditjondro (saat itu dari Enggage Media) yang melakukan pelatihan film dokumenter di Merauke, Wamena, Jayapura dan Sorong.

Kemampuan untuk menganalisis persoalan hingga akarnya, kemauan untuk bertindak dan berpikir maju, rasa solidaritas dan kesadaran mengorganisir diri, serta ketrampilan yang tepat guna sesuai perkembangan jaman adalah hal yang harus dikuasai oleh generasi muda dan masyarakat  adat Papua.

Papuan Voices ini berkedudukan di tanah Papua dan berbentuk perkumpulan dan mendapatkan  akta notaris  tertanggal 21 Mei 2016.Perkumpulan Kerja Papuan Voices ingin menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda di tanah Papua dan mendukung inisiatif-inisiatif perubahan baru, keadilan sosial, demokrasi dan perdamaian di tanah Papua.

Papuan didirikan untuk menjadi tempat pengembangan kapasitas sumberdaya manusia khususnya generasi muda Papua dalam menggunakan media audio-visual untuk advokasi. Perkumpulan Papuan Voices meyakini bahwa dengan memberikan ruang kreatif bagi generasi muda, maka akan muncul kreativitas dan semangat kerja generasi muda untuk mengembangkan keahlian yang dimiliki, mandiri, dan memiliki komitmen besar untuk terlibat aktif dalam proses-proses pembangunan di Tanah Papua.

Sejak terbentuk, Papuan Voices telah melakukan serangkaian kegiatan pelatihan dan produksi  film dokumenter, nonton dan diskusi  tentang kehidupan masyarakat adat Papua dan Tanah Papua.

Max Binur sebagai kordinator Papuan Voices untuk pertama kalinya. Dan pada Kongres Ke- II di Jayapura, Bernard Koten  Ketua Nasional Papuan Voices ( 2019-2022) , Harun Rumbarar (2022-2024) dan Assa Asso (2025-2028).

Papuan Voices memiliki struktur yakni : Papuan Voices Nasional, Papuan Voices Wilayah yang berada di Fak-fak, Sorong, Timika, Supiori, Biak, Jayapura, Keerom, Wamena, Merauke, Timika, Nabire, Asmat, Manokwari dan Boven Digoel.

Papuan Voices mendorong advokasi melalui film dokumenter dengan menyelenggarakan Festival Film Papua (FFP) . FFP adalah festival film terbesar di Tanah Papua. Dan berbeda dengan festival film yang ada, karena FFP  yang mempunyai 3 elemen yakni 1) Kitorang Nontong dan Diskusi (screening movie), 2)Kitorang belajar bersama (workshop) dan Kitorang Lomba Film Dokumenter (film documenter).

Penyelenggaraan FFP dimulai pada tanggal 07-09 Agustus setiap tahun. Puncak kegiatan FFP adalah pada tanggal 09 Agustus yang dikenal sebagai Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia. Hingga tahun 2025, telah diselenggarakan FFP di Merauke, Jayapura, Sorong, Biak dan Wamena. FFP digelar berpindah-pindah kota agar semua masyarakat adat di Tanah Papua memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan menyaksikan Festival Film Papua.

 

Nilai-Nilai dan Prinsip

  1. Sukarela

Dengan kemauan sendiri; dengan rela hatibekerja dengan sukarelaatas kehendak sendiri (tidak karena diwajibkan) untuk melakukan kegiatan sesuai dengan visi dan misi Papuan Voices untuk keadilan dan perdamaian di Tanah Papua.

  1. Kemanusiaan

Papuan Voices Menjunjung tinggi KEMANUSIAAN, yang harus terekspresikan dalam pikiran dan tindakan yang menghargai kesetaraan, keberagaman, serta anti berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi dan ketidakadilan, terutama kepada kaum perempuan dan anak.

  1. Non Partisan

Papuan Voices Bersifat non partisan, dengan demikian Papuan Voices tidak mengikatkan diri pada partai politik tertentu dan kepentingan-kepentingan lainnya yang bertentangan dengan visi dan misi Papuan Voices

  1. Antikekerasan

Dalam melakukan aktivitas untuk mencapai visi dan misi, maka Papuan Voices menggunakan cara-cara damai tanpa kekerasan baik secara verbal dan non verbal.

  1. Inklusif

Papuan Voices berwatak terbuka bagi individu dan atau organisasi yang menghormati perbedaan  dan melakukan pemberdayaan masyarakat di Tanah Papua, tanpa membedakan suku, agama, ras dan jenis kelamin.

  1. Demokratis

Papuan Voices dibangun berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi mengutamakan musyawarah mufakat dalam melihat perbedaan pandangan dan pendapat dalam Papuan Voices diberikan ruang untuk hidup dan akan bermuara pada satu kesimpulan yang mengikat setiap anggota tanpa kecuali.